Senin, 08 Maret 2010

sekilas thoriqoh

sekilas thoriqoh
PENGERTIAN THORIQOH
Secara bahasa Thoriqoh berarti : Jalan, cara, metode, system, mazhab, aliran, haluan, tiang tempat berteduh, yang mulia dan yang mulia dari kaum, dan lain-lain.
Menurut istilah Tasawuf,Thoriqoh berarti: Perjalanan seorang salik (pengikut thoriqoh) menuju Tuhan dengan cara menyucikan diri.Thariqah juga berarti perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk dapat mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu,orang yang melakukan thoriqoh tidak dibenarkan meninggalkan syari’at, bahkan pelaksanaan thoriqoh merupakan pelaksanaan syari’at agama.
Imam Malik RA. Berkata dalam kitab Tanwirul Qulub halaman 408.
مَنْ تَشَرَّعَ وَلَمْ يَتَحَقَّقْ فَقَدْ تَفَسَّقَ وَمَنْ تَحَقَّقَ وَلَمْ يَتَسَرَّعْ فَقَدْ تَزَنْدَقَ وَمَنْ جَمَعَ بَيْنَهُمَا فَقَدْ تَحَقَّقَ
Artinya: Barang siapa melaksanakan syari’at tanpa di sertai thoriqoh hukumnya adalah fasiq, dan barang siapa hanya melakukan toriqoh saja tanpa disertai dengan syari’at hukumnya adalah kafir zindiq, dan barang siapa yang melakukan kedua-duanya (syari’at dan thoriqoh) maka dia akan sampai pada derajat hakikat (Whusulul ilaAlloh).
قَالَ الشَّيْخُ نَجْمُ الدِّيْنِ اَلْكِبْرِىْ : اَلشَّرِيْعَةُ كَالسَّفِيْنَةِ وَالطَّرِيْقَةُ كَاْلبَحْرِ وَلْحَقِيْقَةُ كَالدُّرّ ِفَمَنْ أَرَادَ الدُّرّ َرَكِبَ ِفيْ السَّفِيْنَةِ ثُمَّ شَرَعَ ِفيْ اْلبَحْرِ ثمُ َّوَصَلَ ِالىَ الدُّرّ ِفَمَنْ تَرَكَ هٰٰذَا التَّرْتِيْبَ َلا يَصِلُ اِلىَ الدُّر ِ
Artinya: Syari’at itu bagaikan perahu, thoriqoh bagaikan laut dan hakikat itu bagaikan intan/permata yang berada di tengah lauatan, barang siapa mengiginkan intan permata itu maka dia harus naik perahu dan berlayar ke tengah lautan kemudian menyelam ke dasar laut, maka dengan cara itulah dia akan menemukan intan permata. Dan barang siapa meninggalkan urutan/tata cara ini maka dia tidak akan sampai dan tidak akan menemukan sebuah intan/permata.
Diterangkan dalam kitab Jamiul Ushul Fil Auliya’ Wa Anwa’ihim hal. 75-76.
Melakukan thoriqoh harus dibimbing oleh guru yang disebut Mursyid atau Syekh, tidak bisa sembarangan. Syekh inilah yang bertanggung jawab terhadap murid-muridnya. Ia mengawasi murid-muridnya dalam kehidupan lahiriyah serta rohaniyah. Bahkan seorang Syekh adalah sebagai perantara (robithoh) antara murid dengan Tuhan dalam beribadah. Karena itu seorang Syekh haruslah sempurna suluk-nya dalam ilmu syari’at dan hakikat menurut Al-Qur’an, Hadits, dan Ijma’.

Jumat, 05 Maret 2010

Kewajiban kepada Rasul SAW.

Kewajiban Terhadap Rasulullah SAW hadits


Seorang muslim yang mengikrarkan syahadat berarti telah yakin bahwa Nabi Muhammad SAW maka,tentu saja dia harus mengetahui kewajibannya terhadap Rasulullah shallallahu Kewajiban kewajiban itu al:

1.Beriman kepada Beliau

Iman kepada para rasul merupa kan salah satu rukun iman yang harus diyakini oleh setiap muslim. Allah swt berfirman,

Dalam ayat yang lain,
�Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk. (QS. 7:158)

Termasuk iman kepada Rasulullah SAW.adalah membenarkan dengan tanpa keraguan bahwa risalah dan kenabiannya adalah haq dari Allah SWE, dan mengamalkan segala tuntutannya. Membenarkan semua ajaran yang beliau bawa, dan yakin bahwa semua berita dari Allah yang beliau sampaikan adalah benar. Allah SWT berfirman,
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya(QS. an-Nisaa:136)

2. Mencintai Rasul

Beliau bersabda,
"Tidak beriman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dia cintai daripada bapaknya, anaknya dan seluruh manusia." (HR. al-Bukhari)

Tatkala mendengar ini, Umar ra. berkata kepada Rasulullah SAW. "Sungguh engkau lebih aku cintai dibanding segala sesuatu kecuali diriku." Maka Nabi SAW.bersabda, "Tidak demikian, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sehingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri." Maka Umar berkata, "Demi Allah sesungguhnya engkau sekarang lebih aku cintai daripada diriku sendiri." Maka Nabi SAW. menjawab, " Sekarang hai Umar,(telah sempurna imanmu)."

3. patuh

Taat kepada Rasulullah SAW. merupakan salah satu kewajiban seorang muslim, sebagaimana disebutkan di dalam al-Qur'an, artinya,
Hai orang-orang yang beriman, ta'atlah kepada Allah dan ta'atlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu" (QS. 47:33)

Dalam ayat yang lain disebutkan,
Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling daripada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintahnya). (QS. 8:20)

Rasulullah SAW. juga telah bersabda, bahwa taat kepada beliau merupakan sebab seseorang masuk surga. Orang yang taat kepada Rasulullah SAW. pada hakikatnya taat kepada Allah.

4.Ittiba' (mengikuti)

Allah SWT. memberitahukan bahwa ittiba' kepada Rasulullah shallallahu SAW. merupa kan bukti cinta seorang muslim kepada Allah SWT. Dia berfirman, artinya,
Katakanlah, "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 3:31)

5.Meneladani sikap

Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW.untuk meneladani para nabi dan rasul sebelum beliau. Dan kita diperintahkan untuk meneladani Rasulullah SAW., sebagimana firman Allah SWT.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. 33:21)

6. Memuliakan dan Menghormati

Wajib bagi setiap muslim untuk memuliakan dan menghormati Rasulullah SAW. sesuai kedudukannya, dengan catatan tidak mengangkatnya hingga sampai derajat ketuhanan. Mengagungkan beliau adalah mengagungkan segala sesuatu yang terkait dengan beliau, seperti nama beliau, hadits, sunnah, syari'at, keluarga dan juga para sahabat beliau.

Termasuk memuliakan Nabi SAW.adalah tidak lancang terhadap beliau dan tidak mengeraskan suara di hadapan beliau. Allah SWT.berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata padanya dengan suara keras sebagai mana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari. (QS. al-Hujurat:1-2)

Di dalam ayat di atas Allah SWT. melarang kita mengeraskan suara di hadapan Nabi SAW. bahkan harus merendahkan suara dalam berbicara, dengan penuh adab, lembut, hormat dan pengagungan. Orang yang tidak perhatian terhadap hal ini dikhawatir kan amalnya akan gugur tanpa dia sadari. Ini dikarenakan Nabi shallallahu SAW. adalah lain daripada yang lain, tidak seperti lazimnya manusia.

Para ulama mengatakan bahwa mengeraskan suara di sisi kubur Rasulullah SAW.adalah dibenci, sebagaimana hal itu dilarang ketika beliau masih hidup, sebab beliau itu terhormat ketika hidup dan mati.

7. Rindu Nasihat Rasul

Nasihat secara bahasa artinya menghendaki kebaikan, sehingga ketika seorang muslim menasehati saudaranya berarti dia ingin agar saudaranya itu menjadi baik.

Adapun nasehat untuk Rasulullah SAW.ketika beliau masih hidup adalah dengan mengerahkan segala upaya untuk taat kepada beliau, menolong dan membantu beliau, membelanjakan harta jika beliau memerintahkan dan berlomba-lomba mencintai beliau. Dan setelah beliau meninggal dengan cara berusaha mempelajari sunnah, akhlaq dan adab beliau. Mengagungkan perintah-perintah beliau dan konsisten dalam menjalankannya. Membenci dan marah kepada orang-orang yang menyelisihi sunnah beliau, mencintai orang yang ada ikatan kekerabatan, perbesanan, pertalian hijrah, dan persahabatan dengan beliau, setia kepada beliau dan memusuhi orang yang memusuhi beliau.

8.Mencintai Ahli Bait dan Shahabat Beliau

Mencintai Ahli Bait dan Shahabat Nabi SAW.merupakan bagian dari cinta kepada Nabi SAW. dan merupakan cinta yang wajib. Maka barang siapa yang membenci ahli bait atau shahabat beliau yang telah diridhai Allah SWT.maka berarti telah membenci Nabi SAW. karena cinta kepada beliau berkaitan erat dengan cinta kepada mereka.

Nabi SAW.bersabda mengenai paman beliau al-Abbas radhiyallahu anhu yang merupakan salah seorang ahli bait beliau, "Barang siapa menyakiti pamanku, maka dia telah menyakitiku." Dan tentang Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu anha beliau bersabda, "Janganlah kalian menyakitiku dalam hal Aisyah."

Tentang para shahabat, maka beliau bersabda,
"Janganlah kalian mencaci-maki shahabatku, seandainya salah seorang dari kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, maka tidak akan sampai kepada (derajat) mereka, bahkan meski hanya setengahnya." (HR. al-Bukhari dan Muslim)

9.Bershalawat kepadanya

Allah SWT.memerintahkan orang- orang mukmin untuk bershalawat kepada Nabi SAW. dalam firman-Nya,
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. 33:56)

Bershalawat kepada Nabi SAW.merupakan kewajiban setiap mukmin, yaitu dengan mengucapkan shalawat dan salam sekaligus, tidak shalawat (shallallahu 'alaihi) saja atau hanya salam saja ('alaihis salam), namun shallallahu 'alaihi wa sallam.

Demikianlah yang diperintahkan Allah SWT.kepada kita sesuai ayat di atas. Bershalawat kepada Nabi SAW.memiliki keutamaan yang besar dan amat banyak sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits shahih.

Mengenal Nafsu

Macam macam Nafsu :
Nafsu Amarah
“Sesungguhnya nafsu amarah itu senantiasa membawa sesuatu yang buruk dan menggelincirkan.” Nafsu amarah cenderung mendapatkan kesenangan jasmaniah, sekedar untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah. Sebagai contoh nafsu amarah adalah marah.
Nafsu Lawamah
Dalam nafsu lawamah ini sudah timbul penyesalan, walaupun penyesalan itu datangnya belakangan. Ketika mengerjakan sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT maka akan mulai timbul penyesalan atas pelaksanaan tersebut. Pekerjaan yang dilarang masih sering dikerjakan namun terkadang suatu ketika menyadari bahwa kegiatan itu dilarangNya.
Nafsu Mutmainah
Nafsu ini merupakan nafsu yang kosong dari sifat-sifat tercela. Sifat-sifat jelek sudah mulai dapat dihilangkan, dan mulai mengerjakan solat sunah, berdzikir, wirid. Orang yang dikuasai nafsu mutmainah sudah belajar untuk istiqomah dan beramal soleh dan mulai meninggalkan hal-hal yang dilarang Allah.
Nafsu Mulhamah
Orang-orang pada tingkatan nafsu ini jiwanya sudah diilhami dari ilmu-ilmu yang langsung dari Allah. Sifat-sifatnya antara lain kalaah, sarofah dan sifat sabar yang melebihi orang lain dan mudah bersyukur. Sabar dan syukur merupakan hal yang sulit disatukan, karena sabar biasanya bagi orang-orang yang sedang dilanda musibah. Jika dia bias bersabar dan masih bias bersyukur maka itu merupakan hal yang sangat luar biasa.
Nafsu Rodiah
Merupakan nafsu dimana orang yang memilikinya selalu ridho kepada Allah SWT. Segala sesuatu keputusan Allah baik hal yang baik maupun yang buruk selalu diterima dengan ridho.
Nafsu Mardhiyah
Merupakan nafsu yang diridhoi Allah ketika kita kembali kepada Allah SWT. Dan nafsu inilah yang sangat diidamkan oleh setiap muslim untuk dapat dikuasai ketika kembali kepada Allah.
Nafsu Kamilah
Merupakan sifat kesempurnaan bagi manusia. Jiwa dengan Allah sudah menyatu. Sebagai contoh adalah nafsu kamilah ini sudah dikuasai oleh Ali bin Abi Thalib, ini terbukti ketika Ali sedang solat dan terkena anak panah, Ali tetap khusu’ dalam solatnya walaupun seseorang sudah mencabut anak panah tersebut. Komunikasi dengan Allah yang begitu nikmat sehingga menyebabkan apapun yang terjadi tidak dirasakan lagi. Dan nafsu ini hanya dikaruniakan Allah kepada umatnya yang bertaqwa